Look Beyond

Look Beyond

Monday, February 22, 2016

Senandungkanlah, Duhai Gemintang :)


Ah, satu tarikan nafasku tiba-tiba terasa lebih berat dari biasanya. Namun aku melakukannya dengan senyum masih melengkung di wajahku. Sudah. Bukankah semua ini sudah usai? Tidak usah kau panggil aku lagi. Aku sudah meninggalkan tempat itu. Sudahlah… aku sudah cukup mendengarkannya. Aku sudah cukup meresapinya. Tidak usah. Tidak usah kau senandungkan lagi namaku. Tak usah kau buka lagi kotak musik itu. Simpanlah saja. Sudah ku ambil  resapi maknanya, dan sekarang tak perlu dibuka lagi. kau pun tahu kan? Meskipun kotak musik itu akan lama tersimpan, tapi lagu dalamnya tak akan pernah usang tergerus zaman, karena lagu itu lah yang menghantarkanku ke sini. Simpanlah. Mari kita buat lagu itu sebagai sejarah penting yang akan selalu dihargai dan mengiringi setiap langkah hidup kita.

Kau tak perlu turun ke bumi, duhai gemintang. Tetaplah di sana. Biar aku yang terbang ke langit dan menghampirimu….
Apa yang menggantung di dalam hatimu, gemintang? Rindu kah kau akan lagu itu? Ingin kah kau mendengarkannya lagi? Biar ku senandungkan lagu itu untukmu…

Melayang lah, gemintang. Melayang lah dalam lamunanmu hingga lagu ini habis ku nyanyikan. Seperti yang lain, kau pun hanya salah satu ciptaan-Nya yang tak sempurna. Sesekali kau pun bisa jatuh menimpa bumi. Tidak apa-apa. Jatuh lah, gemintang. Jatuhlah ke bumi dalam lamunanmu hingga habis lagu ini ku nyanyikan. Burung-burung di atas pohon akan menyertaiku bernyanyi. Tiupan angin yang lembut akan menemani, hingga terlena dirimu dan tak ingin kembali ke angkasa. Meledaklah, gemintang. Meledaklah di bumi dalam lamunanmu hingga habis lagu ini ku nyanyikan. Jutaan tetes air hujan akan menigiringi, hangatnya bara api akan bersamamu mendampingi.

Hingga lagu ini habis ku nyanyikan…

Tempatmu di sini, gemintang. Diantara jutaan bintang-bintang lain di angkasa. Aku tak bisa membiarkanmu jatuh menimpa bumi. Lihatlah bumi di bawahmu. Hijau dan birunya masih indah dan menyejukkan mata. Tak akan ku biarkan kau jatuh dan menghancurkan keindahan itu. Kau tak akan jatuh, gemintang. Kau akan tetap kokoh di sini. Kau akan tetap bersinar terang memberikan petunjuk bagi jiwa-jiwa yang tak mengerti arah. Kau akan tetap bersinar terang memberikan keceriaan dan kesejukan pada hati-hati yang gundah. Kau indah, luar biasa, dan akan tetap seperti itu adanya. Tetaplah kokoh, duhai gemintang. Tak akan ku ambil kotak musik ini darimu. Simpanlah dan ingatlah lagunya. Kau akan mampu menyanyikannya dengan caramu sendiri hingga kau tak perlu lagi membuka kotak musik itu karena lagunya ada padamu, pada hatimu.

Akan ku nyanyikan lagu ini untukmu, duhai gemintang. Hingga habis lagu ini ku nyanyikan...

Tetaplah bersinar, gemintang. Tetaplah menjadi mutiara terindah diantara gelap malam :)



Monday, February 15, 2016

Makna dari Hari Ini Tenggelam Bersamamu

15 Februari. Hari yang norma, seperti hari-hari biasanya. Padahal harusnya hari ini jadi salah satu hari istimewa ya. Mungkin keistimewaan itu juga terbenam seperti pemiliknya...
"Selamat ulang tahun ya mbak." Harusnya kalimat ini keluar dari mulutku setiap tanggal 15 Februari. Salah. Kalimat itu memang selalu aku ucapkan setiap tanggal 15 Februari. Hanya saja, penerima kalimat itu tak pernah menerimanya. Tidak sempat. Mungkin tidak seharusnya, but it always breaks my heart to realize that you're not here anymore and i never had a chance to see you. Aku sering berandai-andai bagaimana jadinya jika kamu masih di sini. Bagaimana rasanya kalau aku masih punya tiga kakak. Sudah sebesar apa kah tubuhmu? Lebih tinggi kah dari aku? Bagaimana rupamu? Masihkah kita dibilang mirip? Tapi itu semua hanya pengandaian. Faktanya, you're not with us anymore, and that's fine :)

Teringat dulu kau datang menjengukku dalam mimpi. Subhanallah... Allah benar-benar mendengar doaku dan mengizinkanmu mendatangiku. Kau tahu rasanya saat aku sadar itu dirimu? Bahagia. Bahagia yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Meskipun hanya sekejap, kau menunjukkan padaku betapa indah tempatmu berada kini. Betapa nyaman dan mapan dirimu kini. Mbak, maaf atas rengekan dan tangis Ama dulu yang menyesali kepergianmu. Padahal mbak bahagia di sana. Maaf mbak. Sekarang adik kecilmu yang dulu sering kau ajak main hingga jatuh terguling ke lantai ini sudah besar. Masih sedikit kekanak-kanakan sih, tapi dia terus belajar untuk menjadi wanita sesungguhnya. Wanita yang lebih baik yang membawa kebaikan bagi orang lain. Tidak perlu khawatir lagi akan adikmu ini. Dia punya banyak teman sekarang. Hatinya juga sudah jauh lebih tangguh dan terlatih dari pada yang dulu. Dia mungkin masih akan menitihkan air mata jika mengingatmu, tapi dia tidak lagi menyesali kepergianmu atau mempertanyakan kenapa dia tak sempat mengingat wajahmu. Dia tahu kamu sekarang bahagia berada di sana. Dia berterimakasih pada Allah yang sudah mengizinkanmu memperlihatkan tempatmu berada padanya. Dia berterimakasih pada Allah yang sudah mengizinkan kamu mendatanginya. Dia juga bersyukur atas hidup yang dia miliki. Dia punya Allah, dan itu sudah cukup :)

Mbak, sekarang kamu sudah di tempat yang baik. Jauh lebih indah dari tempat kami berada sekarang. Mungkin kini kamu berada lebih dekat dengan Tuhan kita. Bisakah kamu minta pada Allah untuk memaafkan dosa-dosa adikmu ini? Bisakah kamu minta pada Allah untuk terus membimbing adikmu ini menjadi manusia yang baik? Supaya suatu saat nanti Ama bisa menyusul mbak ke tempat itu. Mintalah juga pada Allah kebahagiaan dan kesehatan untuk ibu dan bapak kita. Mohonkanlah perlindungan dan derajat yang tinggi bagi mereka. Mintalah pada Allah untuk membangun rumah di surga untuk nanti ditempati orang tua kita. Dan bisakah mbak minta pada Allah untuk mempersatukan kita semua lagi nanti di surga sebagai keluarga? Ama ingin tahu bagaimana rasanya ketika keluarga kita utuh dengan Mbak Hesti di dalamnya, dan sepertinya hal itu cuma bisa terjadi di surga nanti. Ama mau minta hal itu sama Allah. Bisakah Mbak Hesti minta hal yang sama juga ke Allah?

Mbak, rindu ini akan selalu ada. Ama yakin bukan cuma Ama yang kangen Mbak Hesti. Ibu, Bapak, Mbak Tia, Mas Aji juga pasti kangen mbak. Apalagi mereka udah pernah ketemu mbak, rasanya mungkin lebih kangen dari pada Ama. Tolong jangan larang rindu ini hadir dalam hati kami karena kami tak pernah bisa menyingkirkannya. Tolong jangan salahkan air mata yang menetes tiap kali mengingatmu karena kami tak mampu membendungnya. Walaupun aku tak punya kesempatan mengenal dan mengingatmu, aku merasakan dirimu dari bayangan yang ku lihat ketika berdiri di depan cermin. Meskipun aku tak pernah ingat rasa sakit ketika aku jatuh terguling dari atas kakimu ketika kau bermain denganku, aku merasakan keceriaanmu dari senyum mereka ketika memutarkan memori tentang tingkahmu. Sang Pemilik Nyawa sudah memanggilmu kembali pada-Nya sebelum aku sempat membuat memoriku sendiri bersamamu. Tak apa. Toh kau sudah pulang ke tempat yang tepat. Toh kau bahagia di sana. Toh kau sudah pernah mengunjungiku aku yang masih harus tinggal di dunia. Aku ikhlas. Bahagialah, mbakku. Doakan kami yang masih di sini. Mintalah pada Allah agar suatu hari nanti keluarga kita bersatu lagi di tempat yang paling indah. I miss you. I love you :)


your little sister,
Ama

Friday, February 12, 2016

#21-January 12

Today's February 12. Genap umur saya jadi 21 tahun 1 bulan. Sebulan kemarin banyak hal yang menyita fokus sehingga saya tidak kunjung menuliskan kisah baru di halaman blog ini, dan ternyata ada juga yang menantikan kisah-kisah baru di blog ini. Hahahaha. So I guess today is the right time to write another story of my life. Untuk kamu yang dari kemarin nanyain kenapa blognya Ama gak di-update, here I give you the story you want to read ^^

I was born on January 12, 1995. Exactly last month was my 21th birthday. Unlike previous years when I expected something special on my birthday, I didn't expect anything on my birthday this year. It's just a birthday of mine and I'm grateful for that. But the fact was I got something far better from my zero expectation.

It was like this at the first time. January 6th, sehari setelah ulang tahun Mahessa. Aku dan teman-teman berencana memberikan kejutan kecil untuk si kurus yang baru bertambah usianya jadi 22 tahun itu. Perjalanannya cukup panjang sebelum berhasil menyergap Mahe di basecamp kontrakan wanita. Awalnya kami kira Mahe di rumahnya, jadi kami pergi ke rumahnya mengandalkan arahan dari salah satu teman serumah Mahe yang juga kenalanku. Tapi ternyata Mahe sedang di kontrakan teman kami yang lain. Dengan arahan dari si pengontrak rumah, dari kontrakan Mahe kami meluncur ke kontrakan geng wanita, begitu Mahe menyebutnya. Dan jadilah seperti ini. "Happy birthday Mahessaaaaa", ujarku sambil memegang kue ulang tahun dengan lilin yang sudah menyala. Melihat respon Mahe, aku sama sekali tidak memikirkan hal lain selain senang melihat si kurus ini tersenyum simpul terharu dengan kejutan dari kami. Tetapi ternyata kejutan ini tidak hanya berhenti pada senyum Mahessa.
Saat aku sedang memegang kue Mahessa dengan lilinnya yang masih menyala, di belakangku ternyata Ayam dan Titin menyiapkan satu lagi kue ulang tahun. Setengah bingung, aku menoleh ke belakang melihat Titin membawa kue ke arahku. Rasanya aku berada dalam posisi yang aneh saat itu. Aku sedang memegang kue ulang tahun temanku, dan temanku yang lain memegang kue ulang tahun untukku. Ditambah lagi, hey aku belum ulang tahun yaaa! Hahahaha. Tidak heran kejutan ulang tahunku dan Mahessa "dirapel" di satu hari karena saat aku ulang tahun tanggal 12 Januari aku dan Mahessa sudah memutuskan untuk mudik bersama ke rumah kami di Lampung. Ya ampun. Ini pertama kalinya aku merayakan ulang tahunku sebelum harinya tiba. Ternyata rasanya lucu sekali. Hahahaha. Happy late birthday, Mahek. Happy early birthday, Ama. Terimakasih teman-teman yang sudah repot dan bingung meramaikan dua chatroom berbeda untuk mendiskusikan ulang tahunku dan Mahessa. Terimakasih juga Icus Mumus yang sudah menyediakan rumahnya direcoki orang-orang ini :*

Sudah. Heboh ramai "perayaan" ulang tahunku sudah cukup di tanggal 6 itu saja. Setidaknya itu yang aku pikirkan saat itu. Pagi hari tanggal 12 Januari aku tidak terpikir akan ada perayaan lagi. Lagi pula aku sedang repot mempersiapkan kamar kos yang akan ditinggal mudik dan juga barang-barang yang akan dibawa pulang ke rumah. Tapi ternyata kejutan lain datang dari teman yang lain.
Shinta Wulandari yang awalnya datang dengan niat mengantarkan aku ke bandara ternyata membawa sekotak donat lengkap dengan lilin dan kado ulang tahun. Dan di saat yang sama Jeje juga datang ke kamarku membawa sebuah red velvet dan lilin mati lampu sebagai lilin ulang tahun. Hahahahaha di saat kau tidak berekspektasi apapun justru begitu banyak perhatian yang ku dapat dari sahabat-sahabatku. Padahal didoakan saja aku sudah berterimakasih. Ya Allah, bersyukur sekali rasanya. Bukan kue atau kado berarti untukku. Yang lebih penting lagi adalah keberadaan kalian dalam hidupku. Tempatku bercerita mulai dari keluhan-keluhan tidak penting sampai masalah paling berat yang pernah aku hadapi. Terimakasih teman-temanku untuk keberadaan kalian dalam hidupku, untuk doa dan harapan yang kalian panjatkan bagiku. Aku lebih kuat karena ada kalian yang menemani. Terimakasih teman-teman. Terimakasih :)



Sunday, January 3, 2016

New Year's Full of Light (2)

Tanggal 31 Desember 2015 jatuh pada hari Kamis which means... BINGO! Long weekend! Belum puas dengan jalan-jalan di malam pergantian tahun, aku dan tiga manusia jomblo kembali mengagendakan jalan-jalan di awal tahun 2016. Tanggal 2 dipastikan jadi tanggal jelajah selanjutnya. Tujuannya? Tadinya ada tiga pilihan: (1) Rumah Astin di Magelang (2) The Festival of Light di Kaliurang (3) Rumah hantu di JEC. Setelah didiskusikan dengan pertimbangan rumah Astin terlalu jauh dan rumah hantu tidak begitu menyenangkan, akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke Festival of Light di gardu pandang Kaliurang. Wohoo! Sounds good! Diskusi lalu dilanjutkan untuk menentukan mau berangkat jam berapa. Diwarnai dengan banyak kata "manut", akhirnya diputuskan kita berangkat jam 3 sore dan sholat ashar di jalan. Memang dasarnya disuruh sholat ashar tepat waktu dulu, mendekati jam 3 sore di tanggal 2 Januari, hujan turun dengan intensitas yang berbeda-beda di tempat tinggal kami berempat. Pada akhirnya kita baru berangkat jam 4 dari rumah makan Jepang di dekat kosku.

Sesampainya di sana sekitar hampir jam 5 sore, ternyata venue sudah cukup ramai. Aku hampir tidak ingat kalau malam itu malam minggu. Sampai di venue di sore hari membuat kami bisa membedakan suasana sebelum dan setelah lampu-lampu dinyalakan. First impression: lucuuuu! Seperti festival lampu lainnya, tempat ini memang jadi arena foto-foto narsis bagi para pengunjung termasuk kami. One of my favourite photo is this one!
default position 2
default position 1










Foto di sebuah gazebo dengan lampu-lampu biru. Kesannya seperti winter edition di istana esnya Elsa (my imagination running wild). Di dekat gazebo itu ada area untuk lovers dengan hiasan lampu bentuk hati dan tulisan LOVE besar. Kata Mahe tempatnya romantis banget, lalu dia baper...



Spot selanjutnya ada spot yang lebih lucu dengan hiasan-hiasan lampu bentuk hewan, tumbuhan dan dinosaurus. Lalu ada juga padang lampu warna warni dengan sky bicycle di atasnya. Di taman lampion versi Kaliurang ini juga ada beberapa wahana permainan anak tempat kami melihat adik-adik lucu yang lagi main ditemani mama papa. For your information, kami berempat suka anak kecil x)
triceratops!
screening adek-adek lucu yang lagi main rumah balon
wood of light
Mulai lelah berfoto dan mengelilingi venue taman lampu ini, kami memutuskan untuk pulang sekitar jam 8.30 pm. Sebelum pulang kami sempat makan mie ayam di dekat Taman Kaliurang. Ketika teman saya ini tentu saja membeli minuman kesukaan, wedang ronde. Sempat khawatir karena Mahe mengeluh sakit kepala, Alhamdulillah kami pulang dengan selamat, hati gembira, serta foto yang banyak. Setelah ini Arya dan Mahe bakalan mulai siap-siap (kalau mau) ujian, dan tanggal 7 Arya segera pulang kampung ke Bali. Lalu tanggal 12 aku dan Mahe pulang ke Lampung. Astin sih bisa pulang kapanpun. Jadi mungkin ini jalan-jalan terakhir sebelum liburan semester. Awal tahun 2016 ada pengalaman jalan-jalan baru yang terang benderang penuh dengan kelap-kelip lampu-lampu cantik. Hope our days later will be brighter than those lights. Sukses ujiannya mblo! Ayo kapan-kapan kita jelajah yang lebih jauh ;)


default position 3
not (yet) default position








New Year's Full of Light (1)

Hari telah berlalu, musim sudah berganti, waktu terus berputar. Seperti daun gugur yang terbang tertiup angin, seperti rintik hujan yang telah jatuh membasahi rerumputan, yang berlalu sudah terlewati dan yang akan datang segera menyapa. Ya Rabb, semoga Kau jadikan detik-detik yang kami miliki bermakna dan membawa kami menjadi manusia seutuhnya. Amin...

Desember ke 20 dalam hidupku sudah terlewati. Alhamdulillah, ada pengalaman baru yang kali ini bisa aku nikmati di penghujung tahun 2015 masehi. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang aku habiskan untuk belajar karena sedang minggu UAS atau merayakan tahun baru bersama teman-teman di balik dinding gedung kampus, tahun ini aku keluar, berbaur dengan keramaian kota Jogja yang luar biasa. Bukan tanpa khawatir, tapi yasudah lah, jalani saja. Yang jelas kami menjauhi tempat-tempat yang sudah sangat jelas menjadi pusat orang berdesak-desakan. Em, kami? Yup! Kami berempat. Empat orang mahasiswa UGM yang secara menggelikan jadi sering berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Empat orang dengan komposisi dua laki-laki dan dua perempuan, dua orang dengan tinggi +/- 175cm dan dua orang dengan tinggi +/- 150cm, dua anak sulung dan dua anak bungsu. Namanya? Sebut saja Arya, Astin, Mahe, dan Ama. Well, itu nama asli.

default position 1
31 Desember 2015, kami berempat memutuskan untuk menghabiskan malam pergantian tahun bersama. Sempat bingung karena tidak mau berdesak-desakan dengan padatnya antrian kendaraan yang pasti membludak di jalan, tadinya kami sepat memilih untuk stay di salah satu tempat nongski dengan makanan enak yang asik dibayar dengan asas kongsi dari setelah isya. Namun karena bingung harus ngapain aja di sana menunggu pergantian tahun, akhirnya kami memutuskan untuk menyambangi sebuah acara yang diadakan oleh RT 18 di bantaran Kali Code. Kampung Lampion namanya.
Kampung Lampion Kali Code memang tidak sebagus tempat-tempat lain yang menyajikan warna-warni lampu yang banyak dengan bentuk yang variatif. Lampu-lampu yang ada di sini cukup sederhana. Namun ada hal unik dari event yang diadakan warga RT 18 Kali Code ini, pasalnya venue yang digunakan adalah lingkungan pemukiman warga yang disulap menjadi tempat pameran dan pertunjukan sederhana. Pesan yang ingin disampaikan oleh warga di sini juga sangat kental, bahwa mereka khawatir akan hilangnya kearifan lokal, keasrian, dan kenyamanan dari tempat tinggal mereka karena pembangunan hotel besar-besaran yang sekarang sedang dilakukan di Jogja. Selain pameran lampu warna-warni dan foto-foto yang menggambarkan lingkungan Kali Code dulu dan kini, warga juga membuat panggung pertunjukkan sederhana. Salah satu penampilan yang sempat kami tonton adalah pertunjukkan lakon dari salah satu teater kampus. Pesan yang disampaikan dalam lakon tersebut juga dalam namun disampaikan dengan cara yang ringan dan menggelitik, masalah kenyamanan dan keramahan warga Kali Code, kejujuran petinggi-petinggi negara, pembangunan hotel yang meraja lela, dan sebagainya. Secara garis besar aku cukup terkesan dengan ide yang dipilih warga untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Sangat polos, sangat sederhana, tapi mampu menarik masa. Dan sebelum pulang, of course...
default position 2
Selepas dari Kali Code, kami mampir untuk makan di salah satu tempat makan cepat saji di dekat tugu Jogja. Subhanallah... ramenya minta ampun. Tapi karena Mahessa sudah tremor karena belum makan dari pagi, ya sudah terjang saja bung! Antrian pelanggan yang ingin memesan di kasir mengular sampai pintu keluar. Mencoba sabar, akhirnya aku dan Mahe ikut mengantri walaupun sudah tidak ada kursi tersedia untuk makan. Pilihan lain adalah, pesan makanan take away dan makan di luar tempat makan tersebut, seperti orang-orang lain yang ramai "piknik" di area parkir. Memperhatikan orang-orang yang kebagian tempat duduk di dalam ruangan, aku akhirnya menemukan bakal calon tempat kosong yang akan segera ditinggal pelanggan yang makannya sudah mau selesai. Alhamdulillah, nggak perlu ikutan "piknik" di area parkir. Dengan sigap, setelah pelanggan sebelumnya berdiri dari kursi, aku langsung menghampiri pelanggan tersebut lalu bertanya, "Udah selesai, bu?". "Sudah, sudah.", jawab ibu yang datang bersama suami dan dua anaknya itu. Yes! Dapat! Aku langsung duduk dan memanggil Astin dan Arya yang sedang "piknik" di area parkir. Singkat cerita akhirnya kami bisa makan dengan tenang di dalam ruang ber-AC.

Setelah makan, kami menuju ke jalan di dekat aliran Kali Code. Dari situ kembang api dari tugu dan sekitarnya bisa terlihat. Menunggu beberapa menit sampai jam 12, dan akhirnya pesta kembang api dimulai. Sepanjang horison yang kami lihat banyak sekali jenis kembang api, dari yang gede suaranya doang sampai kembang api mahal dari rooftop hotel berbintang. Waaaaah ini malam pergantian tahun yang berbeda dari malam pergantian tahun yang sebelumnya aku lalui. Kalau biasanya hanya diam di rumah atau suatu tempat, sekarang kita turun ke jalan, berbaur dengan warga kota. Senangnya. Selamat memulai hari dari tanggal 1 Januari lagi, people. May we have great days ahead :)