Look Beyond

Look Beyond

Tuesday, December 22, 2015

Kisah Singkat, Salah Satu Kisah Paling Berpengaruh Sepanjang Masa

Alright. It's almost dawn and I'm still waking up...

Biarlah... Sudah sekian lama gak buka blog. Kalau blog ini bisa bicara mungkin dia berteriak minta pemiliknya diganti aja, abis dia dianggurin terus. Hahaha it's okay bloggie. I'm back :p

Many things have happened since the last time I posted in this blog. Satu kisah yang belum aku ceritain di sini. Ini salah satu kisah hidup yang mungkin paling berpengaruh di hidupku, merubah cara pandangku, dan membuatku jadi manusia yang lebih positif. Salah satu puncak titik balik hidupku. Selamat datang dalam kisah ini, kisah pengabdian kami, BBL-01 dalam program KKN PPM UGM 2015. Selamat datang di Desa Mabat, Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung....



gambaran lingkungan Desa Mabat

Desa Mabat bukanlah desa yang berkecukupan, tidak juga seindah lokasi KKN yang terkenal dengan keindahan alamnya yang biasa dikunjungi sebagai tempat wisata. Desa ini adalah desa yang biasa saja, bahkan berkekurangan. Salah satu kekurangan yang paling krusial yang juga kami rasakan dalam dua bulan kami menjadi bagian dari warga Mabat adalah kurangnya sumber air bersih apalagi saat musim kemarau. Sumber air bersih di desa ini hanya dari beberapa sumur umum yang tersebar di beberapa lokasi di seluruh desa, itu pun tidak banyak. Air yang biasa kami gunakan untuk mandi warnanya coklat. Atau mau menggunakan air yang diambil dari sungai di kebun kelapa sawit? Boleh, warna airnya agak hijau. Atau mau menggunakan air dari sumur yang kami gali sendiri di belakang pondokan? Boleh, warna airnya hitam. Mau pilih yang mana? Hahahaha sekarang saat kami sudah kembali pulang ke Jogja hal itu menjadi menjadi hal yang bisa kami bahas dengan tawa. Padahal awalnya kami bingung apakah bisa kami bertahan dengan kondisi air seperti itu. Tapi nyatanya "Ah! Podo wae!" begitu kata Elki setelelah terbiasa (karena terpaksa) menggunakan air warna coklat untuk mandi. Meskipun dengan kondisi yang seperti itu, tetap ada hal yang indah dari desa ini, keindahan yang membuat kami belajar untuk mensyukuri hal yang kecil...

ini tempat perempuan BBL-01 mencuci dan kadang mandi (credit: Pak Tenjol)

Bukit Tunu, tempat kami jalan-jalan pagi
Dan tebak apa yang kami temukan ketika pertama kali kami mendaki Bukit Tunu!



Keliatan gak? Well, itu adalah elang putih yang terbang liar di alam bebas. Ini jackpot bagi kami karena elang putih termasuk hewan yang sudah langka (katanya). Melihat burung-burung predator ini masih bisa terbang bebas di angkasa, kami tersadar bahwa lingkungan Desa Mabat adalah lingkungan yang masih alami. Aku berdoa semoga keadaan ini tetap terjaga sehingga flora dan fauna yang tumbuh alami di wilayah desa kami tercinta ini bisa tetap menikmati habitatnya dan menambah keindahan Desa Mabat. Amin.

How is it? Jika dibandingkan dengan wilayah KKN lain seperti Raja Ampat atau Maratua, Mabat memang tidak ada apa-apanya. Segala pemandangan yang kami lihat di sini memang akan jadi "biasa saja" jika dibandingkan dengan keindahan laut di Raja Ampat atau keindahan Gunung Bromo. Tapi di desa ini kami belajar mensyukuri sekecil apapun keindahan yang bisa kami rasakan ditengah keterbatasan yang ada. Lagi pula walaupun tidak ada keindahan pemandangan sekelas wisata internasional, kami menemukan keindahan kami sendiri yang tidak sebanding dengan keindahan tempat wisata manapun di dunia.


Kami menemukan keluarga baru. Keluarga yang mengajari kami arti kesederhanaan dan saling berbagi. Keluarga yang selalu memanjakan kami, bahkan selalu menunggu kami untuk pulang ke desa kami tercinta. Keluarga yang mungkin tidak bisa kami temukan di tempat KKN lain. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Ini adalah keindahan yang tidak akan rela kami tukar dengan pemandangan seindah apapun. At last, aku bersyukur menjadi bagian dari tim ini. Tim yang membawaku kepada kisah yang bukan hanya sekedar indah tapi juga membawa makna yang akan melekat hingga akhir hayat. Aku bersyukur menjadi salah satu striker BBL-01 dan aku rindu berkumpul lagi :)


Photo credits: Ito Dinata, Pak Tenjol, BBL-01

No comments:

Post a Comment