Look Beyond

Look Beyond

Sunday, December 27, 2015

Hey Kids, I Miss You...

Let's start this with... em... I don't wanna be sad but... I have to admit I used to love December, and now not anymore. Well, I'm not really sad, I'm just... feelingless....
Okay, that's sad.

Now let's move on! Make your heart feels something rather than just feeling sad about your feelinglessness (T.T)

Dibilang belum move on, yaa biarlah. But tonight I miss my boys and girls again :')
I don't wanna leave anybody out but since they're just to many and I don't have their photo one by one, i bet their face are in these two photos. hehehe :p
I guess I have too many memories with these kids and I just enjoyed every single time I had with them, even when I was angry or got tricked by them. Mereka anak-anak yang lugu, polos, dan baik. Emm... ya maksudnya kalopun nakal juga memang karena lagi masa-masanya nakal and that's just fine, even if the got me angry sometimes. Do you know? They never meant to make me so. Let me introduce you to some of them :)

1. Dina Zulfa,
Dina, 5th grade, berarti sekarang udah naik kelas 6, KRYPG's big fan. wkwkwkwk
She's beautiful isn't she? Adek perempuan kesayangan kakak nih :) Ceritanya semakin deket sama Dina itu selain gara-gara dia sering main ke pondokan (which most of every kids does), dia sering curhat tentang KRYPG. Hahahahahaha xD Should I tell you what KRYPG stands for? Well, not that important :p I play, learn, pray, even sleep with her the most I think. And of course, adekku satu ini paling sering curhat dan marah-marah tentang Kak Rizky. Waktu hari penarikan KKN dari Mabat, Dina demam badannya. Sempet bikin agak sedih waktu itu, dan setelah udah di Jogja juga sempet dapet kabar Dina sakit sampe harus dijemput dari madrasah. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah sehat. Kemarin sempet ke Mabat lagi sebentar dan ketemu Dina dengan rambut barunya ^^
2. Xena Artika Hindi
Xena, anaknya bapak kadus, Pevita Pearce versi kecil, kelas 6 (berarti sekarang udah SMP! OMG!), dedeknya Kak Agus ;)
Ini anak sahabatnya Dina banget. Sekarang udah SMP ya dek. Udah masuk pondok dong ;) Xena anak yang cerita, dia gak nangis sama sekali waktu kakak-kakak KKN mau balik ke Jogja. Bahkan dia ngeledekin saya, "Hayo Kak Ama nangis yaaa?", katanya. hahahaha strong girl, tapi dia pemalu. Dan gara-gara mukanya yang mirip sama Pevita Pearce, Xena jadi adek favoritnya Kak Agus :3
3. Ahmad Muzakir
Oyi, kelas 6 yang berarti sekarang juga udah SMP dan Insya Allah masuk pondok :') jago main bola, berani, kind hearted :3
Salah satu anak yang berhasil saya kuak kelembutan hatinya. Di awal-awal pertemuan Oyi ini anak lumayan bikin naik darah apalagi kalo di madrasah dan udah bersatu sama Yaya. Innalillahi... Tapi lama kelamaan setelah udah deket Oyi termasuk anak yang mungkin punya relasi emosi yang paling besar sama aku. Waktu hari pelepasan KKN, Oyi malu-malu gitu mau deketin aku sampe akhirnya temennya (whom I forget who he was T.T) yang bilang "Kak Ama, Oyi mau salim sama Kak Ama tapi malu, kak." Waktu itu Oyi cuma berdiri ngeliatin aku sambil pasang ancang-ancang mau kabur, tapi nggak kabur. Akhirnya aku yang nyamperin dia dan waktu dia cium tanganku dia langsung nangis hebat, lama, nggak berhenti-berhenti. I didn't know how to stop his tears. I just said to him, "Nggak apa-apa kok. Nanti kalo kakaknya ada rezeki Insya Allah kakak main ke Mabat lagi, ketemu Oyi lagi. Oyi doain aja ya. Oyi pinter kok. Adek kakak pinter kok. Nggak apa-apa ya.", kataku sambil juga berlinangan air mata memeluk dan mengelus kepalanya. Dan Oyi nggak berhenti nangis sampe bus yang membawa BBL01 pergi dari Mabat berangkat. Huhuhu emosional sekali T.T Lucunya bocah satu ini masih sering banget nelfonin aku bahkan setelah aku meninggalkan Mabat. Dia sampe kenal sama bapak dan beberapa temenku. Hahaha Oyi tipe adek yang protektif lho sama kakaknya :3
4. Ahmad Hudori
Dori, kelas 5A (berarti sekarang kelas 6), cool, jika kepemimpinan tinggi, responsible.
Dori salah satu anak yang paling menarik buatku. Di Mabat beberapa orang melabel dia "super nakal". Tapi look what I found! Kalau diberi kepercayaan dia anak yang bisa diandalkan, punya tanggung jawab, dan jiwa kepemimpinan. Sebenarnya aku menyayangkan beberapa orang di desanya sudah melabel dia jelek duluan. Padahal kalau aku lihat dia punya potensi yang nggak semua orang di desanya punya. Dia unik, dan jelas lebih susah didekati dari pada Oyi. Waktu penarikan tim KKN Dori nggak ada. Lagi pergi katanya. And what makes me happy is waktu kemarin sempet balik ke Mabat, dia terlihat excited bisa ketemu aku lagi walaupun sebentar. Ya, sayangnya cuma sebentar karena memang gak bisa lama-lama di Mabat. Kamu punya potensi, dek. Semoga potensimu tergali dan bisa kamu manfaatkan dengan baik ya :)





So now please take a closer look at my heaven on earth :)




















Though these are just the few of them... 



Miss you kids :)

photo credit: BBL-01

Thursday, December 24, 2015

Fun Escape to Ngandong Beach

Almost dawn again. Mmm... waktu-waktu seperti ini memang paling enak buat nulis sih. Hahaha. Remember last time I told you I have so many story I haven't told you? Now let me tell you one...

We'll start with this photo. They are the characters in this story I wanna tell you. So, last time, I don't remember the exact time, we went to the beach. You may think what's so special about beach since I have gone there for so many times. What made is special is them :) They are good people with good heart and good action, and that was our first escape, real quality time. Introducing, GMB Sambel rangers :)

Sweet escape kita ke Pantai Ngandong awalnya tidak selancar perkiraan. Yaa itu pun kalau ada yang memperkirakan kita bakal berangkat ontime sih. Yup! Rencana berangkat jam 5 sore gagal total akibat ngaret-ngaret, miskom, and others. Wal hasil kita akhirnya berangkat jam 8 malam dari Jogja menuju Gunung Kidul. Perfect time :') Itu pertama kalinya aku ke pantai Gunung Kidul dengan motor malam-malam, not almost dawn, belum sepertiga akhir malam. Yaa singkat cerita kita sampai di Pantai Ngandong sekitar jam 11 malam. Kondisi pantai saat itu gelap gulita, jadi kami tidak tahu sebenarnya bagaimana bentukan pantai ini. Bagus kah? Biasa saja kah? Ditambah belum sholat isya dan mulai gerimis... Nice. Setelah berjalan sebentar menyusuri pantai, akhirnya kami memutuskan untuk memilih satu spon dan langsung mendirikan tenda di tengah gerimis yang perlahan berubah menjadi hujan. Tapi Alhamdulillah setelah tenda berdiri hujan mulai berhenti. Ya logikanya sih kalau tendanya sudah berdiri kalaupun hujan kita bisa berteduh dalam tenda. Eh tapi hujannya malah berhenti setelah tendanya jadi. Yasudahlah yaaa. Hahaha

Setelah tenda beres kami sholat satu per satu di sebuah pondok kecil di dekat tenda kami berdiri. Karena sudah malam, kamar mandi yang biasanya disewakan warga sekitar tidak ada yang buka. Jadilah kami berwudhu dengan air laut. Emm... ini bukan pertama kalinya aku berwudhu pakai air laut sih. Tapi tetap lengket rasanya di muka. Hehe. Setelah semua sholat, kami menggelar tikar di depan tenda, di atas pasir pantai yang lembut, dan memainkan permainan sakral, werewolf! Bermain werewolf kali itu terasa spesial karena diiringi suara menenangkan desiran ombak, belaian lembut angin darat, dan jutaan bintang yang bertebaran di atas kepala kami. Setelah satu atau dua putaran, kami mulai kehilangan fokus dari permainan karena bintang-bintang di atas kepala kami terlalu indah untuk diabaikan. Akhirnya setelah beberapa jam bermain, satu per satu dari kami mulai memilih untuk 'mati' saja dari permainan karena ingin merebahkan badan dan melihat bintang jatuh di langit. Ya, ada banyak bintang jatuh yang kami lihat malam itu. Selesai bermain kami pun bergeletakan di pantai, mencari sebanyak-banyaknya bintang jatuh yang bisa kami lihat. Pemandangan yang sangat luar biasa. Bintang-bintang sebanyak ini rasanya tak bisa setiap hari kami nikmati di langit kota, apalagi bintang jatuh. Luar biasa rasanya. Beberapa saat kemudian beberapa orang mulai memilih tidur di dalam tenda. Aku? Tentu saja memilih tidur di luar, beralaskan mantel hujan Mas Manda yang sobek dan beratapkan langit dengan berjuta bintang, dan bintang jatuh ^^ Aku membiarkan diriku tertidur dengan sendirinya karena tak rela melewatkan indahnya langit Pantai Ngandong malam itu.

Pagi mulai datang. Langit mulai terlihat berwarna kebiruan dengan cahaya lembayung yang mulai muncul sedikit demi sedikit. Aku terbangun dari tidurku dan membangunkan Maya yang tidur di sebelahku. Yap! Mari sholat subuh dengan wudhu air laut lagi. Saat itu akhirnya aku mulai bisa melihat bentukan pantai ini. Impresi saat itu, bagus. Ya lumayan. Namun saat hari mulai siang impresiku berubah jadi, "Wow, bagusnya."

meet the beautiful Ngandong Beach
Saat cahaya matahari mulai malu-malu menyeruak dari balik tebing, kami mulai bergerak. Senam pagi alay dipimpin Astin dan Maya pun dimulai. Ya ampun! Malu kali sama rombongan mbak-mbak mas-mas nggaya di sebelah. Lagi pula karena senamnya juga tidak jelas akhirnya senam diganti dengan game yang juga tidak begitu mengasyikkan. Hahaha
senam alay dipimpin Astin dan Maya


Setelah game yang hanya dimainkan satu putaran itu, kami akhirnya memutuskan untuk menjelajahi pantai yang sedang surut. Perhatian kami tertuju pada karang besar yang berdiri gagah di tepian pantai dengan karang-karang yang lebih kecil di sekelilingnya. Selama perjalanan menuju karang itu kami bisa melihat dasar pantai dengan jelas karena air lautnya yang masih sangat jernih. Tak ayal pantai ini memang biasa digunakan sebagai lokasi snorkling. Sesampainya di karang besar itu, tentu saja. Photo session!
 Setelah puas menjelajahi karang besar itu sebagai lokasi photo shoot, kami memutuskan untuk sarapan di pinggir pantai dengan menu, tentu saja seafood.
breakfast time!
Setelah makan, Mahe dan Arya memulai kegiatan berenang di pantai. Kami pun satu per satu menyusul mereka menceburkan diri ke air laut. Kami bermain di air cukup lama, dari sekitar jam 7 hingga jam 11. Selama di air kami banyak bergerak. Beberapa orang mengajari Ratri berenang, mengajari Mahe dan para lelaki cara mengapung (karena uniknya para lelaki ini tidak bisa mengapung sebebas kami para wanita. Keluhannya, kalo cewe itu ngapungnya bisa sampe kaki kalo cowo kakinya pasti masih dibawah air), main kucing-kucingan versi pantai, lomba paling lama menahan nafas dalam sambil melihat ekspresi-ekspresi lucu masing-masing di dalam air, yang semuanya diselingi canda tawa. Saat lomba menahan nafas dalam air, lucunya yang membuat kami tak tahan bukan karena kemampuan paru-paru kami tapi karena kami tak tahan menahan tawa saat melihat tingkah teman-teman kami di dalam air. Di samping itu ada hal lucu yang aku prakarsai dengan menjadi "duta bahari". Hahahaha. Asosiasi bebas dimulai! Aku menggunakan rumput laut yang banyak mengapung di ari sebagai mahkota "duta bahari". Kemudian Arya mengikuti dengan menjadikan rumput laut itu sebagai jenggot Sury* Palo*. Ingat sekali saat Arya bilang, "Eh, mana jenggot Sury* Palo*-ku?" saat rumput laut di tangannya jatuh dan terbawa ombak. Wkwkwk. Versi Mas Manda, rumput laut itu berubah menjadi rambut yang ia sebut "yang alami-alami". Hahahahaha

Arya dan jenggot kebanggaannya


Entahlah. Mungkin karena tingkah kami terlalu mencolok, atau karena kami terlalu berisik, atau karena kami keren (?), beberapa turis asing sampai memperhatikan kami sampai tertawa dan bahkan mengabil foto kami. Hahahaha. Dan sesi yang tidak pernah dilewatkan tiap liburan, tentu saja. Again. Photo shoot!!



Singkat cerita setelah Mas Manda gosong, setelah Ratri bisa berengan, dan setelah aku mulai pilek, akhirnya kami keluar dari air, bilas-bilas, beres-beres tenda, dan akhirnya kembali ke Jogja. It was so nice to spend times with you. Looking forward to go on other fun escape with these people. Have a nice day people ;)

Tuesday, December 22, 2015

Kisah Singkat, Salah Satu Kisah Paling Berpengaruh Sepanjang Masa

Alright. It's almost dawn and I'm still waking up...

Biarlah... Sudah sekian lama gak buka blog. Kalau blog ini bisa bicara mungkin dia berteriak minta pemiliknya diganti aja, abis dia dianggurin terus. Hahaha it's okay bloggie. I'm back :p

Many things have happened since the last time I posted in this blog. Satu kisah yang belum aku ceritain di sini. Ini salah satu kisah hidup yang mungkin paling berpengaruh di hidupku, merubah cara pandangku, dan membuatku jadi manusia yang lebih positif. Salah satu puncak titik balik hidupku. Selamat datang dalam kisah ini, kisah pengabdian kami, BBL-01 dalam program KKN PPM UGM 2015. Selamat datang di Desa Mabat, Kecamatan Bakam, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung....



gambaran lingkungan Desa Mabat

Desa Mabat bukanlah desa yang berkecukupan, tidak juga seindah lokasi KKN yang terkenal dengan keindahan alamnya yang biasa dikunjungi sebagai tempat wisata. Desa ini adalah desa yang biasa saja, bahkan berkekurangan. Salah satu kekurangan yang paling krusial yang juga kami rasakan dalam dua bulan kami menjadi bagian dari warga Mabat adalah kurangnya sumber air bersih apalagi saat musim kemarau. Sumber air bersih di desa ini hanya dari beberapa sumur umum yang tersebar di beberapa lokasi di seluruh desa, itu pun tidak banyak. Air yang biasa kami gunakan untuk mandi warnanya coklat. Atau mau menggunakan air yang diambil dari sungai di kebun kelapa sawit? Boleh, warna airnya agak hijau. Atau mau menggunakan air dari sumur yang kami gali sendiri di belakang pondokan? Boleh, warna airnya hitam. Mau pilih yang mana? Hahahaha sekarang saat kami sudah kembali pulang ke Jogja hal itu menjadi menjadi hal yang bisa kami bahas dengan tawa. Padahal awalnya kami bingung apakah bisa kami bertahan dengan kondisi air seperti itu. Tapi nyatanya "Ah! Podo wae!" begitu kata Elki setelelah terbiasa (karena terpaksa) menggunakan air warna coklat untuk mandi. Meskipun dengan kondisi yang seperti itu, tetap ada hal yang indah dari desa ini, keindahan yang membuat kami belajar untuk mensyukuri hal yang kecil...

ini tempat perempuan BBL-01 mencuci dan kadang mandi (credit: Pak Tenjol)

Bukit Tunu, tempat kami jalan-jalan pagi
Dan tebak apa yang kami temukan ketika pertama kali kami mendaki Bukit Tunu!



Keliatan gak? Well, itu adalah elang putih yang terbang liar di alam bebas. Ini jackpot bagi kami karena elang putih termasuk hewan yang sudah langka (katanya). Melihat burung-burung predator ini masih bisa terbang bebas di angkasa, kami tersadar bahwa lingkungan Desa Mabat adalah lingkungan yang masih alami. Aku berdoa semoga keadaan ini tetap terjaga sehingga flora dan fauna yang tumbuh alami di wilayah desa kami tercinta ini bisa tetap menikmati habitatnya dan menambah keindahan Desa Mabat. Amin.

How is it? Jika dibandingkan dengan wilayah KKN lain seperti Raja Ampat atau Maratua, Mabat memang tidak ada apa-apanya. Segala pemandangan yang kami lihat di sini memang akan jadi "biasa saja" jika dibandingkan dengan keindahan laut di Raja Ampat atau keindahan Gunung Bromo. Tapi di desa ini kami belajar mensyukuri sekecil apapun keindahan yang bisa kami rasakan ditengah keterbatasan yang ada. Lagi pula walaupun tidak ada keindahan pemandangan sekelas wisata internasional, kami menemukan keindahan kami sendiri yang tidak sebanding dengan keindahan tempat wisata manapun di dunia.


Kami menemukan keluarga baru. Keluarga yang mengajari kami arti kesederhanaan dan saling berbagi. Keluarga yang selalu memanjakan kami, bahkan selalu menunggu kami untuk pulang ke desa kami tercinta. Keluarga yang mungkin tidak bisa kami temukan di tempat KKN lain. Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Ini adalah keindahan yang tidak akan rela kami tukar dengan pemandangan seindah apapun. At last, aku bersyukur menjadi bagian dari tim ini. Tim yang membawaku kepada kisah yang bukan hanya sekedar indah tapi juga membawa makna yang akan melekat hingga akhir hayat. Aku bersyukur menjadi salah satu striker BBL-01 dan aku rindu berkumpul lagi :)


Photo credits: Ito Dinata, Pak Tenjol, BBL-01

Monday, December 21, 2015

A Girl

Seorang gadis kecil berjalan dengan wajah tertunduk, menuju tempat asing yang tak pernah ia datangi
Seorang gadis kecil melangkahkan kaki mungilnya dengan rasa gelisah, hanya bisa berharap menemukan pondok kecil untuk berteduh
Seorang gadis kecil berhenti berjalan, menatap sebuah pondok sederhana dengan cahaya menyeruak dari lubang-lubang kecil di dinding anyaman
Seorang gadis kecil mengetuk pintu sebuah pondok, berharap ia diizinkan masuk untuk mengusir rasa gelisahnya dari dunia luar
Seorang gadis kecil matanya berbinar menatap senyuman hangat penghuni sebuah pondok sederhana menyambut kedatangannya
Seorang gadis kecil tertidur lelap di sebuah pondok kecil dengan selimut dan bantal sederhana yang diberikan penghuninya
Seorang gadis kecil belajar memasak, berkebun, dan mengurus diri dari penghuni pondok sederhana yang kini ditinggalinya
Seorang gadis kecil mulai belajar menghilangkan rasa gentar pada dunia karena ia tahu ia punya sebuah pondok sederhana tempat ia pulang
Seorang gadis kecil tumbuh dewasa di sebuah pondok sederhana, menyisakan pandangan matanya yang selalu berbinar sejak ia kecil
Seorang gadis mengalahkan rasa takutnya dan berjalan perlahan meninggalkan pondok sederhana tempat ia beranjak dewasa....

Gadis ini, seiring dengan rasa takut yang semakin handal ia kendalikan, semakin dia punya keberanian untuk menjelajahi dunia yang sebelumnya membuatnya gemetar. Lama ia mempersiapkan langkahnya untuk pergi meninggalkan pondok sederhana tempat air mata dan peluh ia curahkan sepanjang ia tumbuh dari gadis kecil hingga kini. Lama, karena tak tega ia pergi begitu saja. Namun semakin ia dewasa semakin ia merasa perlu mengisi dirinya yang haus akan kisah hidup yang bermakna. Semakin ia dewasa semakin ia paham bahwa hidup tak hanya ada dalam pondok sederhana tempat ia bercanda tawa dengan penghuninya. Satu langkah ia ambil keluar dari pintu, dan langkah selanjutnya telah ia tetapkan. Sebelum lebih jauh dia melangkah, ia membalikkan badannya sambil menatap dalam pondok sederhana yang ia tinggalkan. Dalam hati gadis itu berkata, "Suatu hari nanti aku ingin pulang...."